Jumat, 01 September 2017

Cans Love (Chapter 8)

Title  : Cans Love
Author  : Realilystar
Genre  : Various
Lengh  : Chapter
Rating  : 15+
Cast  : IU-Lee Jieun, Song Joongki,
Others Cast : Onew (SHINee), Jei (FIESTAR), Suzy (Miss A), Etc
Cameo  : Shin Eunhee (OC)

***

“yeoboseyo?”

‘Jieun-ssi, bisakah kau ambilkan dokumen pasienku dilaci kiri atas meja kerjaku’ jelas orang diseberang sana, Jieunpun berjalan menghampiri meja kerja Joongki membuka laci yang dimaksud dan mencarinya

“dokumen apa?”

‘dokumen atas nama Kim Nari’ Jieunpun melihat satu persatu nama dokumen yang ada disana mencari yang bernama Kim Nari, namun pergerakan tangannya terhenti saat ia melihat sebuah map berwarna merah sendiri, berbeda dengan map lainnya yang berwarna biru laut

Matanya semakin terbebelakan saat melihat tulisan yang tertera dicover dokumen itu, ia tahu itu pasti dokumen hasil operasi milik pasiennya Joongki, namun matanya terbelalak saat melihat nama pasiennya itu

“Lee Taekyung...” gumam Jieun tak percaya, iapu membuka lembaran pertama dokumen itu dan matanya semakin terbelalak saat melihat photo pria yang sangat ia kenali, yaitu ayahnya

‘Jieun-ssi kau sudah menemukan dokumennya? Kalau sudah tolong antarkan keruang rapat ya’ Jieun memutuskan sambungan teleponnya, matanya seketika berair ketika mengingat kembali mendiang ayahnya

Jieunpun mengambil map dengan nama Kim Nari dan membawanya menuju ruang rapat, didepan ruang rapat ia melihat Joongki yang sepertinya sedang menunggunya, namja itu tersenyum saat melihat Jieun berjalan kearahnya

“kau sudah menemukannya?” tanya Joongki, Jieunpun menyerahkan dokumen yang ada ditangannya pada namja itu, wajahnya terlihat begitu dingin menatap Joongki yang terlihat sangat bahagia itu

“cepat selesaikan urusanmu, ada yang ingin kutanyakan padamu, sangat penting!” Jieunpun berjalan meninggalkan Joongki yang menatapnya bingung, iapun menggidiknya bahu bingung dan kembali memasuki ruang rapat
.
.
.
Joongki berjalan santai memasuki ruang kerjanya, dilihatnya Jieun yang sedang duduk disofa yang tersedia disana, namun wajah namja itu berubah panik saat melihat map berwarna merah yang ada didepan Jieun, iapun kini beralih pada Jieun yang duduk dengan mata sembab

“Jieun-ssi...” lirih Joongki

“apa ini?” lirih Jieun masih dengan mata yang menatap map merah itu, Joongkipun beralih mengambil map itu namun Jieun lebih dulu menepisnya dan menatap tajam namja itu, “Song Joogki-ssi” ucap Jieun dengan nada dinginnya

“kau mengetahui semuanya, Aku benarkan?” tanya Jieun, Joongki terlihat tertunduk bersalah, “kaukah dokter muda yang membunuh appaku?” Jieun terus saja menghujam namja itu dengan berbagai pertanyaan tanpa membiarkan Joongki menjawab satu satu

“Jieun-ssi...”

“KENAPA KAU TIDAK BILANG PADAKU!!!” bentak Jieun akhirnya, gadis itupun melempar map itu kearah Joongki, “jadi ini alasanmu tidak mau memberi penjelasan padaku eoh? Dokter macam apa kau” ucap Jieun dengan begitu sinisnya

Iapun berjalan pergi meninggalkan Joongki yang kini hanya bisa terduduk disofa menatap lirih tiap lembar dokumen yang ada dimap merah itu, iapun merapikan lembaran yang berserakan itu dan menatap sedih photo ayah Jieun, “mianhae...” lirihnya

***

Jieun duduk termenung dibalkon kamarnya memandangi ribuan bintang yang bertabur dilangit malam itu, ponsel yang sejak tadi bergetar ia abaikan begitu saja, beberapa pesan masukpun tak ada yang ia baca, ia tidak menyangka bahkan Joongkilah orang yang selama ini ia benci

Dddrrrtttt... dddrrrttt... dddrrrttt...

Lagi lagi ponselnya bergetar, iapun mengalihkan pandangannya memandangi layar ponselnya yang menyala, bukan panggilan masuk dari Joongki lagi melainkan panggilan masuk dari nomor yang tidak diketahui, Jieunpun dengan ragu menerima panggilan masuk itu
 
“yeoboseyo” ucap Jieun ragu

‘Jieun-ah, aku senang kau mengangkat teleponku’

“ini siapa?” tanya Jieun dengan kening yang mengerut

‘aku Jung’

“ada apa?” tanya Jieun

‘apa kau bisa temui aku ditaman?’

“sekarang?”

‘eoh, ada yang ingin kukatakan padamu’

“baiklah” bip! Jieun mematikan sambungan teleponnya, berfikir berkali kali haruskah ia temui namja itu, atau memilih untuk tidur saja mengingat besok ia akan sangat sibuk
.
.
.
Jieun berjalan perlahan menyusuri setiap lekuk jalan kecil yang ada ditaman, kakinya melangkah menuju salah satu kursi taman yang kosong, mendudukkan dirinya disana dan mulai menunggu

Dilihatnya Jung yang berjalan menghampirinya, senyuman hangat itu sudah menghiasi wajah tampan seorang Jung, Jieunpun hanya membalasnya dengan senyum tipis

Iapun agak menggeser duduknya saat Jung mengambil posisi duduk disampingnya, “kau sudah lama menunggu?” tanya Jung membuka pembicaraan, dilihatnya Jieun menggeleng

“tidak juga” jawab Jieun santai

“kau tidak datang dengan kekasihmu itu?” tanya Jung yang sukses membuat Jieun kembali mengingat Joongki, lebih tepatnya mengingat apa yang sudah Joongki perlakukan pada keluarganya

“kami bukan sepasang kekasih, kami hanya tidak sengaja bertemu” jawab Jieun santai, Jung terlihat mengangguk paham

Setelah percakapan itupun, keadaan hening membuat Jieun hanya bisa memainkan ujung dressnya, “Jieun-ah...” lirih Jung yang membuat Jieun dengan sigap melirik kearah namja itu

“ya?”

“sebenarnya aku memintamu untuk kesini itu...” Jung terlihat menarik nafas dengan sulit membuat Jieun semakin dibuat penasaran, “maukah kau kembali padaku?” seketika Jung berlutut didepan Jieun membuat gadis itu tersentak kaget

“Jung-ssi...” ucap Jieun kaget, “apa yang kau lakukan, cepat berdiri” suruh Jieun namun namja itu seakan tak mendengar dan hanya ingin mendapatkan jawaban dari Jieun

“tolong jawab aku” pinta Jung

“maaf...” lirih Jieun, “aku tidak bisa mengulangnya” Jungpun menatap Jieun yang tertunduk sedih, matanya seketika memerah diiringi dengan raut wajah yang berubah marah

“kenapa?” tanya Jung mencoba selembut mungkin, “apa karna kau sudah memiliki yang lain?”

“bukan...” jawab Jieun gugup, “maksudku, aku benar benar tidak bisa” lanjutnya, Jieunpun segera bangkit dari duduknya, “maaf aku harus pergi” iapun berjalan pergi meninggalkan Jung yang terduduk lesu dikursinya
.
.
.
Jieun berjalan seorang diri menyusuri trotoar jalan raya yang cukup ramai itu, sebentar lagi jam makan siang akan berakhir namun ia masih dibilang cukup jauh dari letak kantornya berada

Jieunpun menghela nafas berat saat ia mengingat kembali kejadian dirumah sakit saat itu, iapun menggeleng gelengkan kepalanya mencoba melupakan semua fikiran buruk itu. Tangannyapun melambai menghentikan sebuah taksi

Hingga akhirnya disinilah ia sekarang, disebuah rumah abu dimana ia bisa menemui ayahnya. Kaki jenjangnyapun melangkah perlahan memasuki rumah abu dengan sebuket bunga ditangannya

Matanya memandang sendu kearah tempat dimana terletak photo keluarga ia dan kedua orangtuanya, “appa” lirih Jieun, “aku datang” lanjutnya hampir seperti bisikkan

“kau tau... aku bertemu dengan seorang dokter yang sangat tampan” ucap Jieun dengan senyuman dan mata yang berkaca kaca, “aku rasa aku menyukainya, tapi...”

“benarkah dia yang membuat appa harus pergi meninggalkan kami?” tanyanya, “appa... aku benar benar bingung apa yang harus aku lakukan, tolong beritahu aku” seketika tangisnyapun pecah, iapun hanya bisa memeluk erat buket bunga yang ia bawa
.
.
.
Ceklek...

Jinki membuka pintu dan disambut dengan wajah kusut dan tatapan kosong dari seorang Lee Jieun, iapun melihat kearah jam ditangannya ini bukan jam pulang, “kau tidak kerja?” tanya Jinki pada Jieun

Jieunpun memandang Jinki dengan tatapan kosong, “oppa...” lirihnya, matanyapun kembali memerah membuat namja bermata sipit itu sangat bingung, belum sempat Jinki mengeluarkan suaranya Jieun sudah lebih dulu jatuh tak sadarkan diri

“ya! Jieun-ah kau dengar aku?” ucap Jinki panik, iapun dengan sigap menggotong tubuh Jieun kekamar gadis itu

***
 
“kau benar benar tidak mau kerumah sakit?” tanya Jinki saat memasuki kamar Jieun dengan nampan berisikan makanan untuk adik tersayangnya itu, Jieunpun menggeleng tanda tidak mau

“aku baik baik saja oppa” ucap Jieun lemah

“hhh baiklah” jawab Jinki menyerah, iapun meletakan nampan itu dimeja samping ranjang Jieun, “kalau begitu kau harus makan” lanjutnya, Jieunpun tersenyum

“gomawo oppa” jawab Jieun lembut

“nde, nanti oppa mau keluar sebentar, tidak apakan kalau kau ditinggal sendiri?”

“eum, aku bukan anak kecil lagi oppa, tenang saja”

“baiklah, jangan lupa dimakan, oppa keluar dulu” Jieunpun mengangguk menatap Jinki yang melangkah keluar dari kamarnya

Iapun segera memposisikan tubuhnya duduk disisi ranjang, saatnya untuk menyantap makanan yang sudah disediakan oppanya, sekalipun hanya bubur entah kenapa Jieun merasa lezat kalau Jinki yang membuatnya
.
.
.
Jieun berjalan menuju dapur sekedar ingin membersihkan sisa piring kotor, tidak mungkin ia sepenuhnya menaruh tanggung jawab pada oppanya disaat ia hanya sakit demam, demam bukanlah penyakit yang harus membuat penderitanya memanjakan diri bukan?

Ting... nong...

Bell rumah mereka berbunyi, membuat Jieun yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya itu menengok bingung, kalau Jinki pasti ia akan langsung masuk bukan

Iapun terpaksa membukakan pintu untuk tamu yang tidak ia ketahui itu, “selamat da...” ucapan Jieun terhenti saat dilihatnya Jung yang berdiri tepat didepannya dengan senyuman manisnya, “Jung-ssi...” lirih Jieun terpaku

“kudengar kau sakit, benarkah itu?” tanya Jung lembut, Jieun terlihat gugup untuk menjawabnya, “wae? Kau pucat” lanjut Jung

“mianhae, aku tidak bisa terima tamu, aku mau istirahat” jawab Jieun tanpa berani menatap Jung

“ahh begitukah? Kau sendirian? Mau aku temani?” tanpa izin Jungpun masuk kedalam rumah Jieun membuat Jieun terlihat panik, namun sebisa mungkin ia terlihat setenang mungkin, entah kenapa ia memiliki feeling buruk kali ini

“Jung-ssi, bisakah kau tidak seenaknya? Aku benar benar tidak menerima siapapun saat ini untuk datang kerumahku” jawab Jieun seberani mungkin

Jung yang sibuk melihat sekitar rumah Jieunpun membalikkan badannya menatap Jieun yang masih berdiri didepan pintu dengan senyum penuh maksudnya

“kenapa kau terlihat begitu panik? Apa aku menakutimu?” tanya Jung dengan begitu lembutnya, iapun berjalan mendekati Jieun membuat Jieun semakin panik terlebih tangan kanan namja itu yang mengambil sesuatu dari sakunya

Mata Jieun membulat sempurna saat melihat pisau kecil yang ada ditangan namja itu, “aku datang kesini hanya ingin mengajakmu untuk kembali denganku, dengan syarat tidak ada penolakan” jelas namja itu sambil menunjukkan smirknya

“YA! Jung-ssi hentikan, apa yang mau kau lakukan?” ucap Jieun semakin panik, “aku benar benar tidak bisa kembali padamu lagi, perasaanku sudah beda denganmu” tolak Jieun mentah mentah

“ahh begitukah...” gumam Jung sambil tersenyum pahit, “tapi bagaimanapun juga kau akan jadi milikku Jieun-ah...”

“nde?” kejut Jieun, Jungpun dengan gerakan cepat mengarahkan pisaunya pada Jieun, namun...

Jleb...

Seseorang telah menarik Jieun dan berdiri tepat didepan gadis itu, Jieun maupun Jung terlihat membelalakan matanya tak percaya...
 

TBC...

Huwaaaaaaa, annyeong readers, apa kabar kalian??? T^T
Maaf ne aku baru bisa post ff ><
Terlalu banyak urusan  yang membuat aku harus fakum (ciee fakum) sebentar yang agak lama dari dunia per-ff-an, dan sekarang aku udah bekk
Ada yang kangen aku gaaa???
Gaada oke piks, cemut kuadh T^T
Btw, username buat author ganti ya demi kenyamanan author #eakk :v
Tapi gausah khawatir, Realilystar is Park Mitha dan Park Mitha is Realilystar cuma beda nama aja yakan :v
Jadi mulai sekarang kenali aku dengan Realilystar bukan Park Mitha lagi :)
jangan lupa juga follow wattpad aku @realilystar
gomawooo~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar